Kamis, 24 Juli 2014

pestisida alamai pembasmi ulat

PESTISIDA ALAMI

1. Ekstrak daun pepaya

Sebagai pestisida hayati untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap tanaman
Daun pepaya memiliki kandungan bahan aktif papain yang cukup efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap tanaman. Untuk memanfaatkan daun pepaya menjadi pestisida alami, daun pepaya dibuat ekstrak yang dicampurkan dengan minyak tanah dan detergen.
Pestisida alami dari ekstrak daun papaya memiliki beberapa manfaat, antara lain dapat digunakan untuk mencegah hama seperti aphis, rayap, hama kecil, dan ulat bulu serta berbagai jenis serangga. Bahan-bahan yang digunakan adalah :
Daun papaya : 1 kg
Air: 10 liter
Minyak tanah : 2 sendok makan
Detergen: 30 gr
Cara pembuatan:
Siapkan daun pepaya sebanyak kurang lebih 1 kg (sekitar 1 tas plastik besar atau 1 ember besar).
Tumbuk daun pepaya hingga halus.
Hasil tumbukan/rajangan direndam di dalam 10 liter air
Tambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 30 gr detergen.
Hasil campuran, didiamkan semalam.
Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus.
Aplikasi:
Larutan hasil saringan dapat langsung diaplikasikan ke tanaman dengan cara menyemprotkan larutan ke tanaman.

2. Ekstrak Kulit Bawang Merah

Kulit bawang merah dapat dijadikan sebagai pestisida alami dengan cara mengambil ekstraknya. Takaran yang tepat dalam pembuatan ekstrak kulit bawang merah adalah sebanyak 10 lembar  dan direndam selama 3 hari. Ekstrak kulit bawang merah  membutuhkan waktu perebusan ± selama 30 menit.

Ternyata ekstrak kulit bawang merah tidak memberikan efek negatif pada tumbuhan itu sendiri dan ekosistem sekitar. Hasil pengamatan menunjukan, ekstrak kulit bawang merah membuat daun pada tumbuhan menjadi tampak lebih segar dibandingkan daun yang disemprotkan dengan pestisida berbahan kimia.

Kulit bawang merah adalah bagian terluar atau pembalut dari daging bawang merah yang berpotensi dapat membunuh hama serangga pada tanaman, kulit bawang merah mengandung senyawa acetogenin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa tersebut memiliki keistimewaan sebagai anti-feeden. Dalam hal ini, hama serangga tidak lagi bergairah dan menurunnya nafsu makan yang mengakibatkan hama serangga enggan untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan dalam konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan hama serangga menemui ajalnya. Hama serangga mengonsumsi daun yang mengandung senyawa   acetogenin konsentrasi rendah, akan menyebabkan terganggunya  proses pencernaan dan merusak organ-organ pencernaan, yang  mengakibatkan kematian pada hama serangga (Plantus 2008).Selain mengandung anti-fedeen, kulit bawang merah juga mengandung senyawa squamosin. Kandungan pada squamosin mampu menghambat transport elektron pada sistem respirasi sel hama serangga, yang menyebabkan hama serangga tidak dapat menerima nutrisi makanan yang dibutuhkan oleh tubuhnya. Sehingga, walaupun hama serangga memakan daun yang telah tercemar oleh zat squamosin, hama serangga sama saja seperti tidak memakan apapun, karena nutrisi yang terkandung dalam daun yang dimakan hama serangga tidak dapat tersalurkan  keseluruh tubuhnya. Akhirnya, hama serangga akan mati secara perlahan.
Selain berpotensi dapat membunuh hama ulat, kulit bawang merah juga memiliki beberapa manfaat lainnya yang menguntungkan. Zat dan senyawa yang terdapat pada kulit bawang merah dapat memberikan kesuburan bagi tanaman sehingga dapat mempercepat tumbuhnya buah dan bunga pada tumbuhan (Rizal 2008).

3. Air Cucian Beras
Air cucian beras yang didiamkan selama 2 malam 3-5 batang serai dicincang/blender halus Cara Membuat: Campur air cucian beras yang sudah didiamkan selama 2 malam (fermentasi) dengan cincangan/blenderan serai, aduk rata. Saring. Lalu semprotkan langsung ke tanaman yang terkena hama (tanpa dicampur air lagi).  Resep ini bisa untuk hama pada daun jambu, sawi, bayam, dan lain-lain.

4. Buah Pinang

Kandungan bahan kimia alami biji pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin (C8H13NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine, tanin terkondensasi, tanin terhidrolisis, flavan, senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam (Wang et al., 1996). Nonaka (1989) menyebutkan bahwa biji buah pinang mengandung proantosianidin, yaitu suatu tannin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid.
CARA PEMBUATAN EKTRAK BUAH PINANG (Areca catechu L)
SEBAGAI INSEKTISIDA ALAMI


Untuk dosis 100 % (1 kg buah pinang dalam 1 liter air)
Bahan :
1. 1 kg buah pinang muda
2. 3 liter air
3. 1 rimpang kunyit
4. 1 sendok teh sabun colek atau sabun cair seperti sunlight.

Buah pinang ditimbang sesuai dengan takaran (1kg). buah pinang & kunyit dicuci dengan air bersih, setelah proses penyucian selesai, buah pinang beserta kulitnya ditumbuk bersamaan dengan kunyit sampai benar-benar halus. Setelah itu dicampur dengan 3 liter air & 1 sendok teh sabun colek atau sabun cair, dilanjutkan dengan proses penyaringan. Proses penyaringan bertujuan untuk mendapatkan ektrak buah pinang. Setelah proses penyaringan selesai hasil dari ektrak buah pinang dimasukkan kedalam wadah bertutup/toples, didiamkan selama 24 jam. Terakhir, setelah ektrak buah pinang didiamkan selama 24 jam siap untuk diaplisikan pada hama tanaman (ex : wereng coklat, ulat, dan wereng hijau.
pemakaian : 100-250 cc pertangki


Resep diatas saya pilih berdasarkan ketersediaan bahan di daerah saya, agar mudah diaplikasikan. Sesungguhnya ada yang lebih ampuh, yakni daun tembakau. Namun tidak mungkin ditemukan di kalimantan selatan, dan itu pun disarankan sebagai opsi terakhir. Karena tembakau mengandung nikotin & zat yg terkandung cukup keras. Sehingga tidak dianjurkan oleh para ahli, kecuali tidak ada pilihan lain.
Demikian yg bisa saya bagikan, semoga bermanfaat.
Komentar & masukan nya sangat diharapkan untuk kemajuan kita bersama...
Terimakasih :-) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar